Share Berbagai Informasi

Kisah Inspriratif Abu Bakar Ash-Shiddiq Khalifah Ke-1

Kisah Inspriratif Abu Bakar Ash-Shiddiq Khalifah Ke-1
Kisah Abu Bakar Ash-Shiddiq hari ini di ringkas dengan bahasa yang ringan serta mudah dipahami.
Nama lengkap beliau merupakan Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amru bin Ka`ab bin Sa`ad bin Taim bin Murrah bin Ka`ab bin Lu`ai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasy at-Taimi – radhiyallahu`anhu. Berjumpa nasabnya dengan Nabi pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai. Abu Bakar merupakan shahabat Rasulullah – shalallahu`alaihi was salam – yang telah menemani Rasulullah sejak awal diutusnya beliau sebagai Rasul, beliau tergolong orang yang awal masuk Islam. Abu Bakar mempunyai julukan “ash-Shiddiq” serta “Atiq”.
Ada yang mengatakan bahwa Abu Bakar dijuluki “ash-Shiddiq” sebab ketika terjadi momen isra` mi`raj, orang-orang mendustakan kejadian tersebut, sedangkan Abu Bakar langsung membenarkan.
Allah telah mempersaksikan persahabatan Rasulullah dengan Abu Bakar dalam Al-Qur`an, yaitu dalam firman-Nya : “…sedang dirinya salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dirinya mengatakan terhadap sahabatnya: `Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita’.” (QS at-Taubah : 40)
`Aisyah, Abu Sa’id serta Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat ini mengatakan : “Abu Bakar-lah yang mengiringi Nabi dalam gua tersebut.”
Allah juga berfirman : “Dan orang yang membawa kebenaran serta membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (az-Zumar : 33)
Al-Imam adz-Dzahabi seusai membawakan ayat ini dalam kitabnya al-Kabaa`ir, beliau meriwayatkan bahwa Ja`far Shadiq berujar :”Tidak ada perselisihan lagi bahwa orang yang datang dengan membawa kebenaran merupakan Rasulullah, sedangkan yang membenarkannya merupakan Abu Bakar. Tetap adakah keistimeaan yang melebihi keistimeaannya di tengah-tengah para Shahabat?”
Dari Amru bin al-Ash radhiyallahu`anhu, bahwaRasulullah mengutusnya atas pasukan Dzatus Salasil : “Aku lalu mendatangi beliau serta bertanya “Siapa manusia yang paling engkau cintai?” beliau bersabda :”Aisyah” aku mengatakan : “kalau dari lelaki?” beliau menjawab : “ayahnya (Abu Bakar)” aku mengatakan : “lalu siapa?” beliau menjawab: “Umar” lalu menyatakan berbagai orang lelaki.” (HR.Bukhari serta Muslim)
“Sesungguhnya Allah telah menjadikanku sebagai kekasih-Nya, sebagaimana Dirinya menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Nya. Serta kalau saja aku mengambil dari umatku sebagai kekasih, bakal aku jadikan Abu Bakar sebagai kekasih.”(HR. Bukhari serta Muslim)
Dari Abu Sa`id radhiyallahu`anhu, bahwa Rasulullah duduk di mimbar, lalu bersabda :”Sesungguhnya ada seorang hamba yang diberi opsi oleh Allah, antara diberi kemewahan dunia dengan apa yang di sisi-Nya. Maka hamba itu memilih apa yang di sisi-Nya” lalu Abu bakar menangis serta menangis, lalu mengatakan :”ayah serta bunda kami sebagai tebusanmu” Abu Sa`id mengatakan : “yang dimaksud hamba tersebut merupakan Rasulullah, serta Abu Bakar merupakan orang yang paling tahu diantara kami” Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling tidak sedikit memberbagi perlindungan kepadaku dengan harta serta persahabatannya merupakan Abu Bakar. Andaikan aku boleh mengambil seorang kekasih (dalam riwayat lain ada tambahan : “selain rabb-ku”), niscaya aku bakal mengambil Abu Bakar sebagai kekasihku. Tetapi ini merupakan persaudaraan dalam Islam. Tidak ada di dalam masjid suatu  pintu kecuali telah ditutup, melainkan hanya pintu Abu Bakar saja (yang tetap terbuka).”(HR. Bukhari serta Muslim)
Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya Allah telah mengutusku terhadap anda semua. Tetapi anda malah mengatakan `kamu merupakan pendusta’. Sedangkan Abu Bakar membenarkan (ajaranku). Dirinya telah menolongku dengan jiwa serta hartanya. Apakah anda bakal meninggalkan aku (dengan meninggalkan) shahabatku?” Rasulullah mengucapkan kalimat itu 2 kali. Sejak itu Abu bakar tidak sempat disakiti (oleh seorangpun dari kaum muslimin).(HR. Bukhari)
Masa Kekhalifahan Ash-Shiddiq
Kisah Abu Bakar Dalam riwayat al-Bukhari diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu`anha, bahwa ketika Rasulullah wafat, Abu Bakar datang dengan menunggang kuda dari rumah beliau yang berada di daerah Sunh. Beliau turun dari fauna tunggangannya itu kemudian masuk ke masjid. Beliau tidak mengundang seorang pun untuk berkata hingga akhirnya masuk ke dalam rumah Aisyah. Abu Bakar menyingkap wajah Rasulullah yang ditutupi dengan kain kemudian mengecup keningnya. Abu Bakar pun menangis kemudian mengatakan : “demi ayah serta ibuku sebagai tebusanmu, Allah tidak bakal menghimpun dua kematian pada dirimu. Adapun kematian yang telah ditetapkan pada dirimu, berarti engkau terbukti telah meninggal.”Kemudian Abu Bakar keluar serta Umar sedang berkata dihadapan orang-orang. Maka Abu Bakar mengatakan : “duduklah wahai Umar!” Tetapi Umar enggan untuk duduk. Maka orang-orang menghampiri Abu Bakar serta meninggalkan Umar. Abu Bakar mengatakan : “Amma bad`du, barang siapa diantara anda ada yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah mati. Kalau anda menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Nasib serta tidak bakal sempat mati.

Allah telah berfirman :
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya berbagai orang rasul. Apakah Apabila dirinya wafat alias dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak bisa mendatangkan mudharat terhadap Allah sedikitpun, serta Allah bakal memberi balasan terhadap orang-orang yang bersyukur.” (QS Ali Imran : 144)
Ibnu Abbas radhiyallahu`anhuma mengatakan : “demi Allah, seolah-olah orang-orang tidak mengenal bahwa Allah telah menurunkan ayat ini hingga Abu Bakar membacakannya. Maka semua orang menerima ayat Al-Qur`an itu, tidak seorangpun diantara mereka yang mendengarnya melainkan melantunkannya.”
Sa`id bin Musayyab rahimahullah mengatakan : bahwa Umar ketika itu mengatakan : “Demi Allah, semacamnya aku baru mendengar ayat itu ketika dibaca oleh Abu Bakar, hingga-sampai aku tidak kuasa membawa kedua kakiku, hingga aku tertunduk ke tanah ketika aku mendengar Abu Bakar membacanya. Saat ini aku telah tahu bahwa nabi terbukti telah meninggal.”
Dalam riwayat al-Bukhari lainnya, Umar mengatakan : “maka orang-orang menabahkan hati mereka sambil tetap mengucurkan air mata. Lalu orang-orang Anshor berkumpul di kurang lebih Sa`ad bin Ubadah yang berada di Saqifah Anak cucu Sa`idah” mereka mengatakan : “Dari kalangan kami (Anshor) ada pemimpin, demikian pula dari kalangan kalian!” maka Abu Bakar, Umar serta Abu Ubaidah bin al-Jarroh mendekati mereka. Umar mulai bicara, tetapi segera dihentikan Abu Bakar. Dalam faktor ini Umar mengatakan : “Demi Allah, yang kuinginkan sebetulnya hanyalah mengungkapkan faktor yang menurutku sangat keren. Aku khawatir Abu Bakar tidak memberi taunya” Kemudian Abu Bakar bicara, nyatanya dirinya orang yang terfasih dalam ucapannya, beliau mengatakan : “Kami merupakan pemimpin, sedangkan anda merupakan para menteri.” Habbab bin al-Mundzir menanggapi : “Tidak, demi Allah kami tidak bakal melakukannya, dari kami ada pemimpin serta dari anda juga ada pemimpin.” Abu Bakar menjawab : “Tidak, kami merupakan pemimpin, sedangkan anda merupakan para menteri. Mereka (kaum Muhajirin) merupakan suku Arab yang paling adil, yang paling mulia serta terbaik nasabnya. Maka baiatlah Umar alias Abu Ubaidah bin al-Jarroh.”Maka Umar menyela : “Bahkan kami bakal membai`atmu. Engkau merupakan sayyid kami, orang yang terbaik diantara kami serta paling dicintai Rasulullah.” Umar lalu memegang tangan Abu Bakar serta membai`atnya yang kemudian diikuti oleh orang tidak sedikit. Lalu ada seorang yang mengatakan : “kalian telah membunuh (hak khalifah) Sa`ad (bin Ubadah).” Maka Umar mengatakan : “Allah yang telah membunuhnya.” (Riwayat Bukhari)
Menurut `ulama pakar sejarah, Abu Bakar menerima jasa memerah susu kambing untuk penduduk desa. Ketika beliau telah dibai`at menjadi khalifah, ada seorang wanita desa mengatakan : “sekarang Abu Bakar tidak bakal lagi memerahkan susu kambing kami.” Perkataan itu didengar oleh Abu Bakar jadi dirinya mengatakan : “tidak, bahkan aku bakal tetap menerima jasa memerah susu kambing kalian. Sesungguhnya aku berharap dengan jabatan yang telah aku sandang kini ini sama sekali tidak mengubah Kebiasaanku di masa silam.” Terbukti, Abu Bakar tetap memerahkan susu kambing-kambing mereka.
Ketika Abu Bakar diangkat sebagai khalifah, beliau memerintahkan Umar untuk mengurusi urusan haji kaum muslimin. Barulah pada tahun berikutnya Abu Bakar menunaikan haji. Sedangkan untuk ibadah umroh, beliau lakukan di bulan Rajab tahun 12 H. beliau memasuki kota Makkah kurang lebih waktu dhuha serta langsung menuju rumahnya. Beliau dikawani oleh berbagai orang pemuda yang sedang berbincang-bincang dengannya. Lalu dikatakan terhadap Abu Quhafah (Ayahnya Abu Bakar) : “ini putramu (telah datang)!”
Maka Abu Quhafah berdiri dari tempatnya. Abu Bakar bergegas menyuruh untanya untuk bersimpuh. Beliau turun dari untanya ketika unta itu belum sempat bersimpuh dengan sempurna sambil mengatakan : “wahai ayahku, janganlah kamu berdiri!” Lalu Abu Bakar memeluk Abu Quhafah
dan mengecup keningnya. Pasti saja Abu Quhafah menangis sebagai luapan rasa tersanjung dengan kedatangan putranya tersebut.
Seusai itu datanglah berbagai tokoh kota Makkah semacam Attab bin Usaid, Suhail bin Amru, Ikrimah bin Abi Jahal, serta al-Harits bin Hisyam. Mereka semua mengucapkan salam terhadap Abu Bakar : “Assalamu`alaika wahai khalifah Rasulullah!” mereka semua menjabat tangan Abu Bakar. Lalu Abu Quhafah mengatakan : “wahai Atiq (julukan Abu Bakar), mereka itu merupakan orang-orang (yang baik). Oleh sebab itu, jalinlah persahabatan yang baik dengan mereka!” Abu Bakar mengatakan : “Wahai ayahku, tidak ada daya serta upaya kecuali hanya dengan pertolongan Allah. Aku telah diberi beban yang sangat berat, pasti saja aku tidak bakal mempunyai kekuatan untuk menanggungnya kecuali hanya dengan pertolongan Allah.” Lalu Abu Bakar mengatakan : “Apakah ada orang yang bakal melaporkan suatu  lakukanan dzalim?” Nyatanya tidak ada seorangpun yang datang terhadap Abu Bakar untuk melapor suatu  kedzaliman. Semua orang malah menyanjung pemimpin mereka tersebut.
Wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq

Menurut para `ulama pakar sejarah Abu Bakar meninggal dunia pada malam selasa, cocoknya antara waktu maghrib serta isya pada tanggal 8 Jumadil awal 13 H. Usia beliau ketika meninggal dunia merupakan 63 tahun. Beliau berwasiat supaya jenazahnya dimandikan oleh Asma` binti Umais, istri beliau. Kemudian beliau dimakamkan di samping makam Rasulullah. Umar mensholati jenazahnya diantara makam Nabi serta mimbar (ar-Raudhah). Sedangkan yang turun langsung ke dalam liang lahat merupakan putranya yang bernama Abdurrahman (bin Abi Bakar), Umar, Utsman, serta Thalhah bin Ubaidillah

Demikina Pembahasan pendek mengenai Kisah Abu Bakar Ash-Shiddiq Khalifah , semoga berguna yang kami tidak sedikit belajar dari beliau.

sumber : duniaislam.com 
Back To Top