Share Berbagai Informasi

AKAR MELAYU: KERAJAAN MELAYU ISLAM TERAWAL DI NUSANTARA


Saya catat di sini kronologi kerajaan Islam paling awal di Nusantara hasil percakapan sahabat-sahabat dalam jurai ini. Tersanjungn ini saya kemaskini bila ditemui bukti wujudnya kerajaan lebih awal:



KRONOLOGI SEJARAH KERAJAAN ISLAM NUSANTARA



610 M - Nabi Muhammad SAW diangkat jadi Rasul = (13 tahun sebelum Hijrah).

610 M - Rasulullah SAW menerima wahyu pertama kali



615 - 618 M - Rasulullah SAW mengutus sahabat ke seluruh penjuru dunia; Ja'far ibn Abi Thalib ke Afrika Utara, Muadz ibn Jabal ke Yaman dan Arab Selatan, Saad ibn Lubaid ke Eropa Timur, Yusuf ke Kanton/Cina (membangun masjid Kuang Ta bersama warga Cina marga Sui), Abdullah ibn Mas'ud ke Sumatera bersama Qabilah Anak cucu Thoyk (Aceh) dan berbagai orang leluhur Aceh ikut berperang bersama Nabi SAW. Membangun Kesultanan Tace.



622 M = 1 Hijrah



625 M - Perkampungan Islam di BARUS, Sumatera = 3 Hijrah.

627 M - pembangunan masjid pertama di Aceh (bersamaan dengan Masjid Kuang Ta di Canton dan Masjid di San'a Yaman)

631 - Abdullah ibn Mas'ud berdakwah keliling Sumatera dan seluruh Nusantara.

632 - 640 M - Sayyidina Ali ibn Abi Thalib berkeliling Aceh,ayu, Suvarnabhumi, Galunggung, Panjalu, Tarumanegara, Kalingga, Wiratha, dll.

632 M - Rasulullah SAW wafat = 11 Hijrah.

648 - 649 M - Kartikeyasingha II memimpin Kalingga bersama Sri Ratu Sima, dinikahkan oleh Sayyidina Ali dan dibimbing bersama Sayyidina Ali + Abdullah ibn Mas'ud.

650 - 655 M - Di bawah bimbingan Sayyidina Ali terbentuk jaringan silaturahmi Tace, Kalingga dan Tiongkok

655 M - Saidina Zaid bin Harithah dihantar ke LAMURI, Sumatera = 35 Hijrah.



656 - 661 M - Pangeran Borosngora, dari Panjalu, Tanah Sunda pergi ke Kufah belajar Islam.

662 M - Ramai penduduk Kufah hijrah ke Nusantara.

664 - 665 M - Hoei Ning menulis Kitab Hinayana, iaitu aliran Islam mengenai Zuhud.

674 M - Kalingga menerapkan potong tangan pada pencuri, sesuai syariat Islam



718 M - Kesultanan ZABAJ ISLAM (Jambi) = 99 Hijrah.

718 M - Srindravarman dari Zabaj bersurat terhadap Sultan Umar ibn Abdulaziz

732 M - Syekh Subakir (Muhammad Al-Baqir) mendirikan pesantren di Bukit Tidar, Magelang, Jawa



820 M - Kesultanan SAMUDERA = 205 Hijrah.

840 M - Kesultanan PERLAK = 225 Hijrah.

960 M - Kesultanan LAMURI = 349 Hijrah.



1136 M - Kesultanan LANGKASUKA = 530 Hijrah.

1267 M - Kesultanan PASAI = 665 Hijrah.

1436 M - Kesultanan ACEH DARUSSALAM = 901 Hijrah.



Menurut catatan sejarah, Islam telah hingga ke BARUS, Sumatra 15 tahun seusai Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul, iaitu Tahun 3 Hijrah (625 Masehi). Satu rombongan diketuai oleh Sahabat Rasulullah SAW bernama Abdullah bin Mas'ud RA bersama 100 rombongan Qabilah Tachiek direkodkan hingga ke Barus. Pada ketika itu telah berlaku perkahwinan antara pedagang Muslim dari Tanah Arab dengan wanita Melayu. Islam hingga ke China lebih awal, iaitu kurang lebih 616 Masehi (7 tahun sebelum Hijrah) dibawa oleh Sahabat yang bernama Saad bin Abi Waqqas RA. Sahabat bernama Zaid bin Harithah RA di hantar ke alam Melayu pada 35 Hijrah (655 Masehi) iaitu kira-kira 40 tahun seusai Saad RA hingga ke China.


JAMBI (ZABAJ ISLAM) dipercayai adalah kerajaan Islam paling awal di Nusantara. Dengan cara kebetulan pula, kerajaan inilah yang juga disebut Kerajaan MELAYU. Nama MELAYU dan JAMBI dipakai bersilih-ganti dalam tak sedikit teks sejarah. Perkataan 'MALAYU' ditemui diukir pada sebuah tugu dianggarkan berumur kurang lebih 1286 Masehi. Ia ditemui di Padang Rocore, berhampiran muara sungai Batang Hari.

______

BARUS


Berikut adalah petikan mengenai setersanjungn dari sejarah Islam di Barus, semoga berguna:


633-661 M

Dikatakan pemerintahan Khulafa Al Rasyidin telah menjalin hubungan dengan berbagai kerajaan di Sumatera, tergolong Batak. Tapi hubungan itu tetap sekedar hubungan antar negara dalam sebuah upaya untuk menjalin hubungan kerjasama ekonomi. Kapur barus, emas, merica dan rempah-rempah lainnya. Sumatera dikenal dengan istilah Zabag. Berbagai catatan mengenai kedatangan utusan dan pelaut Muslim ke Barus dan pelabuhan Sumatera lainnya yang dikuasasi Sriwijaya sempat didokumentasikan.



661-750 M

Pelaut-pelaut Arab yang Islam mulai berdatangan dengan cara intens di masa pemerintahan Dinasti Umayyah. Kedatangan mereka untu misi dagang tersebut telah membentuk kantong-kantong muslim di tanah Batak, terutama Barus, yang pastinya terjadinya transfer ilmu pengetahuan terhadap penduduk setempat melalui medium non-formal.


718-726 M

Islam berkembang pesat di tanah Barus. Di lain pihak Islam berkembang di Sumatera masuknya berbagai raja Sriwijaya terhadap Islam. Diantaranya Sri Indra Warman di Jambi.


851 M

Seorang pedagang Arab sukses mendokumentasikan kedatangannya di kota Barus. Laporan Sulaiman itu pada tahun 851 M menuturkan mengenai penambangan emas dan perkebunan barus (kamper) di Barus (Ferrand 36). Dicatat bahwa para pendatang asing semacam Romawi, Yunani, Arab, Cina, India, Persia dan dari kepulauan Indonesia lainnya telah membangun kantong-kantong pemukiman yang lengkap dengan prasarana pendukungnya di Barus. Penambangan emas dan perkebunan kamper tersebut adalah contoh bahwa kedua komoditas ini telah diolah dengan cara modern dan bukan didapat dengan cara tradisional di hutan-hutan. Sekarang ini pakar sejarah menemukan bukti-bukti arkeologis yang memperkuat dugaan bahwa sebelum munculnya kerajaan-kerajaan Islam yang awal di Sumatera semacam Peurlak dan Samudera Pasai, yaitu kurang lebih abad-9 dan 10, di Barus telah tersedia kelompok-kelompok masyarakat Muslim dengan kenasiban yang lumayan mapan (Dada Meuraxa dalam Ali Hasymi, Sejarah Masuk dan Perkembangan Islam di Indonesia, bandung PT Al Maarif 1987). Kenasiban yang mapan itu pula memungkinkan mereka untuk nasib dengan cara permanen di kawasan ini yang telah tentu didukung oleh sarana pengembangan ilmu pengetahuan supaya mereka tak tertinggal dengan pesaing lainnya. Sebagai pelabuhan yang sangat masyhur, Barus menjadi tujuan pendidikan tertua bagi masyarakat Batak. Faktor ini dikarenakan bahwa Barus adalah wilayah Batak yang paling mudah dicapai oleh orang-orang Batak dari pedalaman yang ingin menimba ilmu. Jalan-jalan menuju Barus telah dirintis rapi oleh pedagang-pedagang Batak yang ingin menjual kemenyan dan membeli produk jadi dari Barus. Hingga era tahun 1980-an, madrasah-madrasah tradisional Barus tetap menjadi primadona tujuan pendidikan di tanah Batak sebelum akhirnya digantikan oleh Mandailing dengan pesantren-pesantrennya yang telah modern. Masuknya gelombang pedagang dan saudsupaya ke Barus mengdampakkan penduduk lokal Batak di lokasi tersebut; Singkil, Fansur, Barus, Sorkam, Teluk Sibolga, Sing Kwang dan Natal memeluk Islam seusai sebelumnya berbagai elemen telah menganutnya. Mesikipun begitu, mayoritas masyarakat Batak di sentral Batak tetap menganut agama orisinil Batak. Kelompok Marga Tanjung di Fansur, marga Pohan di Barus, Batu Bara di Sorkam kiri, Pasaribu di Sorkam Kanan, Hutagalung di Teluk Sibolga, Daulay di Sing Kwang adalah komunitas Islam pertama yang menjalankan Islam dengan kaffah.


Sumber :islamagamaku

______________________________________________________

SAMUDERA PASAI KERAJAAN ISLAM AWAL DI NUSANTARA


Ibnu Batutah catat wilayah diperintah Sultan Mahmudik Zahir sebagai maju, pelabuhan besar dan gemilang. KETIKA berada di China kurang lebih abad ke-14, pengembara Islam populer, Ibnu Batutah terkesan satu bahtera asing berlabuh di pelabuhan negara itu. Selepas diselidikinya, beliau dimaklumkan yang bahtera itu milik Sultan Samudera Pasai. Kehadiran bahtera bersama wakil utusan Sultan Samudera Pasai ke China adalah dengan cara selalu berikutan kerajaan itu butuh menyerahkan ufti terhadap Kerajaan China mengikut senggang masa tertentu. Sesemakinnya berbagai tahun kemudian iaitu pada 1346, ketika dalam perjalanan merentas jalan laut dari Tanah Arab ke China, Ibnu Batutah sempat mengunjungi Kerajaan Samudera Pasai yang terletak di pinggir Selat Melaka (kini Wilayah Aceh).
Uang Emas Kerajaan Pasai.

Menonton keadaan di  berkenaan, pengembara yang berasal dari Maghribi itu membuka helaian kertas jurnal perjalanannya, mengambil pena dan mula mencatatkan pendapatnya mengenai kerajaan berkenaan. Antara terjemahan catatannya berbunyi lebih tak lebih begini: “Samudera Pasai adalah  nan hijau dan subur, rakyat dan alamnya indah dan menawan, (ia)  yang menghijau dan kota pelabuhannya besar dan indah.” Ketibaan Ibnu Batutah di  itu disambut baik Panglima Daulasah, Qadi Syarif Amir Sayyir Al-Syirazi, Tajuddin Al-Asbahani dan berbagai ulama pakar fiqh di kerajaan berkenaan atas perintah Sultan Mahmudik Zahir. Ibnu Batutah mencatat lagi dalam jurnalnya. Pada pandangannya, Sultan Mahmud adalah penganut mazhab Syafie yang giat menyelenggarakan pengajian, perbahasan dan muzakarah mengenai Islam jadi menyebabkan Samudera Pasai menjadi pusat tumpuan pengajian Islam ketika itu. Mengenai peribadi dan corak pemerintahan Sultan berkenaan, beliau menulis:

“Sultan sangat rendah hati dan pergi ke masjid untuk solat Jumaat dengan berlangsung kaki. Berakhir solat, Sultan dan rombongan mengelilingi kota untuk menonton keadaan rakyatnya.”

Ibnu Batutah berada di Samudera Pasai selagi 15 hari. Sebelum pergi meninggalkan wilayah Nusantara itu, beliau sempat mengunjungi pedalaman Sumatera yang tetap dihuni masyarakat bukan Islam. Di situ, beliau menyaksikan berbagai perlakuan masyarakat yang mengerikan antaranya upacara bunuh diri beramai-ramai yang diperbuat golongan hamba ketika pemimpinnya mati. Demikianlah antara berbagai catatan Ibnu Batutah mengenai Samudera Pasai, satu kerajaan silam yang luar biasa dan wujud lebih 600 tahun lalu malah didirikan lebih awal daripada Kerajaan Melaka.
Kini, Kerajaan Samudera Pasai telah tiada. Susur galur dan kehebatannya hanya dikenang lewat catatan sejarah silam antaranya menerusi ‘Hikayat Raja-raja Pasai’ tidak hanya penemuan pelbagai tinggalan arkeologi yang ditemui di Wilayah Aceh. Samudera Pasai mencatat rekodnya tersendiri dalam sejarah Melayu kerana ia dianggap Kerajaan Melayu pertama yang menerima Islam. Ketika Majapahit alias Srivijaya tetap berpegang terhadap fahaman Hindu-Buddha, pemimpin dan rakyat Samudera Pasai telah mengucap dua kalimah syahadah dan mentauhidkan Allah SWT. Detik pertukaran daripada pengamalan aliran Hindu-Buddha terhadap Islam itu bermula kurang lebih 800 Masihi apabila sebuah kapal saudsupaya Islam dari Gujerat tiba di Bandar Perlak (satu daripada kawasan di wilayah Aceh). Ketibaan kumpulan saudsupaya diketuai Nakhoda Khalifah itu tak saja untuk urusan perdagangan malah untuk menyebar dakwah. Penerimaan baik penduduk tempatan terhadap dakwah Islamiah tidak hanya perkahwinan campur antara gadis tempatan dengan saudsupaya Muslim menyebabkan Islam mula tersebar ke seluruh wilayah Aceh dalam tempoh 40 tahun saja.

Manuskrip mengenai kerajaan Pasai.

Sesemakinnya Kerajaan Perlak dan Kerajaan Pasai (satu lagi kerajaan yang wujud di wilayah Aceh ketika itu) disatukan jadi wujudnya Kerajaan Samudera Pasai. Sultan pertamanya adalah Sultanik Al-Saleh dan tuan dikahwinkan dengan Puteri Ganggang iaitu puteri pemerintah Perlak ketika itu, Sultan Makhdum Alaiddinik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat.

Di bawah pemerintahan berasaskan tauhid terhadap Allah itu, Samudera Pasai menjadi Kerajaan Islam yang populer dan maju.

Kerajaan itu menjadi tumpuan kunjungan saudsupaya daripada pelbagai  semacam China, India, Siam, Arab dan Parsi malah angkatan dagangan Samudera Pasai turut merentas laut untuk menjalinkan hubungan diplomatik dengan kerajaan luar. Tidak hanya menghantar ufti ke China, Sultan Pasai turut mengirimkan utusan ke Quilon, India Barat pada 1282 Masihi.



Dagangan mutlak di wilayah itu adalah lada. Kemajuan perdagangan yang dialami mereka menyebabkan Samudera Pasai turut menghasilkan mata wang emas yang disebut dirham dan mata wang itu dipakai dengan cara rasmi oleh kerajaan mereka. Selain berkembang sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai turut menjadi pusat perkembangan ilmu dan Islam. Aliran Islam menerusi kitab bertulis Arab kemudian mencetuskan penghasilan tulisan jawi yang akhirnya menjadi warisan adat Melayu. Terhasilnya tulisan jawi juga mencetuskan perkembangan sastera klasik Melayu antaranya penghasilan kitab ‘Hikayat Raja-raja Pasai’ yang ditulis kurang lebih 1360. Selaras dengan itu juga, ilmu tasawuf turut berkembang apabila ada antara kitab tasawuf diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu bertulisan jawi. Antaranya adalah Durru al-Manzum, karya Maulana Abu Ishak. Kegemilangan Kerajaan Samudera Pasai dikatakan sama hebatnya dengan zaman kemasyhuran Melaka di Tanah Melayu. Bagaimanapun, melalui masa, Samudera Pasai mula mengalami kemunduran apabila Kerajaan Melaka diasaskan. Kehebatan kerajaan diasaskan Paramesrawa itu menyebabkan pedagang mula beralih dari pelabuhan Samudera Pasai ke Melaka. Sesemakinnya pada 1360, Samudera Pasai diserang Majapahit dan akhirnya kerajaan luar biasa itu ditakluki sekali gus menamatkan era kegemilangannya dalam rentetan sejarah silam Nusantara, sebuahketika dulu.

__________________________________

Cerita pelik Hikayat Raja-Raja Pasai


KERJA arkeologi yang dijalankan di Kampung Geudong, Aceh Utara, menemui kawasan kubur purba yang misteri. Akhirnya kajian dan penyelidikan mendapati kawasan pusara itu adalah makam diraja sebuah kerajaan silam yang masyhur iaitu Samudera Pasai. Antara tak sedikit makam diraja yang ditemui itu, satu daripadanya tertera nama Sultanik al-Saleh. Sesemakinnya penemuan makam itu menyingkap sejarah kenasiban tokoh berkenaan yang namanya turut disebut dalam kitab Hikayat Raja-raja Pasai. Malik al-Saleh adalah nama Merah Silu selepas beliau menganut Islam. Namanya menjadi sebutan dan amat dikenali ketika menuturkan mengenai Kerajaan Samudera Pasai.


Kedudukan kerajaan Pasai dalam Peta Perdagangan silam.


Ini dikarenakanik al-Saleh adalah Sultan pertama Samudera Pasai malah beliaulah yang bertanggungjawab menukarkan kerajaan itu daripada mengamalkan aliran Hindu-Buddha terhadap Islam. Cerita pengislaman tokoh itu amat pelik apabila dibaca dalam Hikayat Raja-raja Pasai. Beliau dikatakan menganut Islam selepas bermimpi menemui Nabi Muhammad SAW (sejauh mana kebenarannya tak bisa dipastikan). Ditulis dalam hikayat itu bahawa Merah Silu disuruh mengucap dua kalimah syahadah dalam mimpinya namun beliau tak tahu berbuat demikian menyebabkan tuan meludah ke dalam mulutnya. Selepas itu, Merah Silu sanggup mengucap dua kalimah syahadah dan diberi gelaran Sultanik al-Saleh sesemakinnya menjadi Sultan sebuah Kerajaan Islam bernama Samudera Pasai. Dalam hikayat itu juga, Merah Silu dikabarhu supaya hanya memakan binatang halal yang disembelih tidak hanya dalam masa 40 hari kemudian, bakal datang sebuah kapal dari Makkah dan hendaklah dirinya menerima aliran Islam yang dibawa seseorang yang menaiki kapal itu. Diceritakan lagi, apabila Merah Silu terjaga daripada tidurnya, Merah Silu mendapati kemaluannya telah disunat dan mulutnya lancar membaca 30 juzuk al-Quran. Tidak lama selepas itu, sebuah kapal dari Makkah berlabuh di pelabuhan Samudera Pasai dan turunlah seorang ulama bernama Sheikh Ismail. Ulama itu menghadap Sultanik al-Saleh dan memintanya mengucap dua kalimah syahadah dan membaca al-Quran. Sheikh Ismail kemudian berjaya mengislamkan seluruh rakyat Samudera Pasai. Seterbuktinya wujud tak sedikit kisah pelik yang di luar logik akal dalam Hikayat Raja-raja Pasai antaranya ibuik al-Saleh iaitu Puteri Betong ditemui di perdu rebung buluh dan bapanya iaitu Merah Gajah, dibela seekor gajah. Merah Gajah sempat mencabut rambut emas Puteri Betung lalu keluar darah pelik berwarna putih dan akhirnya Puteri Betung ghaib. Merah Silu juga sempat menahan bubu dan mendapat cacing gelang yang bertukar menjadi emas dan perak.


Selain itu, diceritakan lagi yang Merah Silu sempat bertemu seekor semut sebesar kucing dan memakan makhluk itu. Mesikipun pelbagai kisah pelik dan gaib menyelubungiek al-Saleh, sesuatu yang tentu adalah kajian mendapati tokoh itu seterbuktinya wujud dan beliau dikenali sebagai Sultan pertama Kerajaan Islam Samudera Pasai.
_____________________

INFO: Samudera Pasai

Pahlawan populer Samudera Pasai dikenali Tun Beraim Bapa dan pada zaman kewujudannya, Kerajaan Samudera Pasai menjadi gemilang. Hikayat Raja-Raja Pasai terbahagi terhadap tiga tersanjungn iaitu ‘Pembukaan dan Pengislaman Pasai’, ‘Pasai di bawah pemerintahan Sultan Ahmad Perumudal Perumal’ dan ‘Peluasan Kekuasaan Majapahit’. Samudera Pasai yang terletak di Sumatera Utara iaitu Aceh, digelar Serambi Makkah kerana orang yang hendak mengerjakan haji terlebih dulu singgah di Aceh untuk belajar di madrasah dan masjid di  itu. Kerajaan Samudera Pasai turut dikenali juga sebagai Samudera, Pasai dan Samudera Darussalam alias Sumatera.


_____________________________________

SURAT RAJA SRIWIJAYA UNTUK KHALIFAH

S Fatimi, seorang sejarawanaysia menulis dan dikutip oleh Azyumardi Azradalam bukunya Islam Nusantara bahwa ada dua buah surat yang kemungkinan besar ditulis oleh Raja Sriwijaya untuk Kalifah Arab. Tahap pembukaan dari surat pertama dikutip oleh al Jahiz dalam bukunya Kitab al Hayawan (Buku Fauna) berdasarkan 3 rantai isnad. Surat pertama ditujukan untuk Mu'awiyah dan pembukaan surat itu kalau diterjemahkan tak lebih lebih semacam ini:

(Dari Maha Raja) - yang istalnya berisi ribuan gajah, istananya berkilau emas dan perak, dilayani oleh ribuan puteri raja, yang menguasai dua sungai yang menggenangi gaharu - untuk Muawiyah

Surat kedua lebih lengkap sebab tersedia pembukaan dan isi, tersedia dalam buku Ibnu Abdul Rabbih Al Iqd al Farid (Kalung Istimewa) ditujukan untuk Kalifah Umar bin Abdul Azis menunjukan alangkah mewahnya Maharaja dan kerajaannya: 



Dari Raja Diraja - yang keturunan ribuan raja, yang diistalnya tersedia ribuan gajah, dan menguasai dua sungai yang menggenangi gaharu, tanaman harum, pala dan barus, yang keharumannya menyebar sejauh dua belas mil - untuk Raja Arab, yang bertuhan esa. Saya memberimu hadiah yang tak seberapa sebagai tanda sapa dan saya harap kamu berkenan mengirim seseorang yang bisa membimbing mengenai Islam dan menerangkannya terhadap saya. Ibnu Taghribirdi dalam bukunya al Nujum al Zahirah fi Muluk Misr wa al Qahirah (Perbintangan Terang Raja Mesir dan Kairo) mempunyai tambahan untuk akhir surat ini: "Saya mengirim hadiah jebat (musk), batu ratna, dupa dan barus. Terimalah dari saudara Islammu." Fatimi memperkirakan suat-surat itu diterima Kalifah kurang lebih tahun 100H/717, yaitu masa pemerintahan Sri Indrawarman. Sriwijaya adalah kerajaan Buddha dan belum ada bukti peninggalan bahwa dibawah Sri Indrawarman Sriwijaya sempat memeluk Islam. Membaca surat ini betul-betul memunculkan kebanggaan terhadap kita, alangkah Nusantara telah mempunyai kerajaan yang sangat makmur di Suarnadwipa - Pulau Emas- sejak dahulu kala, dengan perdagangan dan kontak internasional, raja yang sangat percaya diri dan penuh rasa ingin tahu.


________________________

MISTERI SEBUAH WASIAT



"Sepeninggal aku telah wafat kelak, bakal timbul sebuah  di bawah angin, Samudera namanya. Apabila terdengar kamu nama  itu, maka suruhlah sebuah bahtera untuk mengangkat perkakas dan alat kerajaan ke  itu, dan kamu Islamkan sekalian isi  itu, dan ajar mereka mengucap dua kalimah syahadat. Kerana dalam  itu nanti tak sedikit orang yang bakal jadi wali Allah. Namun semasa kamu hendak pergi ke  itu, hendaklah kamu singgah mengambil seorang fakir di  Mengiri, bawalah fakir itu bersama-sama." - dicatat dalam Hikayat Raja-Raja Pasai.

Sumber : Akar melayu
Back To Top